Akutak mampu jauh dari-mu. Dalam kecewa ku hanya mampu katakan Tetaplah tersenyum karena itu jalan Yang kau telah kau pilih. Menutup hari yang lelah F C Dm dimanakah engkau berada F C G aku tak tahu di mana C Am Em pernah kita lalui semua C Am Em jerit tangis canda tawa F C Dm kini hanya untaian kata F C E hanya itulah yang aku punya.
Memang masa penantian yang panjang akan kelahiran seorang anak dalam sebuah perkawinan, dapat mendatangkan bermacam perasaan dalam jiwa pasangan suami istri. Segala upaya dapat dilaksanakan, namun akhirnya, Tuhanlah yang menentukan. Dalam hal ini akhirnya, tiada yang dapat mendatangkan damai dan pengharapan, selain dari Allah itu sendiri.
Mungkinkamu akan disatukan dengan orang yang sering menyebut namamu dalam doanya.." Jodoh, hidup, mati, rezeki, dan kesehatan tidak ada yang tahu, semua hanya Allah yang tahu. Jadi, saatnya kembalikan kepada Allah dan jangan sampai cintamu untuk makhluk-Nya lebih besar daripada cintamu untuk sang Pencipta. Cerpen Karangan: Nurul Aini
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu.
"Jangan merasa paling benar... kebenaran yang tahu hanya Allah", begitulah kata-kata yang diucapkan atau dituliskan oleh sebagian orang tatkala dakwah disampaikan kepada mereka. Apakah mereka tak sadar bahwa apa yang disampaikan adalah wahyu dari Allah melalui Quran dan Sunnah Rasul shalallahu 'alaihi wasallam. Pada intinya, mereka menolak. Seolah-olah kebenaran dalam agama ini jumlahnya terbilang, setiap kelompok mempunyai versi kebenarannya masing-masing. Seolah-olah agama ini masih belum jelas. Alhamdulillah syubhat tersebut dibantah oleh para ulama dan asatidzah Ahlussunnah. Salah satunya dari Ustadz Muhammad Afifudin hafizhahullah. Dengarkan rekamannya Audio tersebut telah ditranskrip dibawah ini. Dengarkan sambil baca transkripnya, insyaallah lebih mantap. Disampaikan oleh Al-Ustadz Muhammad 'Afifuddin as-Sidawy hafizhahullah Pertanyaan Bagaimana membantah syubhat, • “Jangan merasa paling benar!!!?” • “Kebenaran yang tahu hanya Allah!!!” Jawaban Betul.. Al-Haq kebenaran itu dari Allah 'azza wa jalla dan Allah beritakan..!! Tidak Allah simpan.!! Allah beritakan, Allah sampaikan, Allah jabarkan, Allah jelaskan sejelas-jelasnya segamblang-gamblangnya dalam al-Quranul Karim dan dijelaskan dengan gamblang oleh Rasul dalam Sunnahnya. Itu yang kita pelajari, itu yang kita ilmui, itu yang kita amalkan. Sudah ,ed dijelaskan-Nya kebenaran.. Kan begitu? Ketika kita di atas al-Haq tadi, dia harus merasa benar, supaya kamu mantap memeganginya. Kalau kamunya ragu-ragu ... “Benar”, “salah”, “benar”, “salah” ... tidak bakal dipegangi diterima, ed. Yakin..!! Kamu lagi shalat, “Allahu Akbar ...,” sesuai dengan sunnah. Ini benar!! Yakin..!! ╰● Syubhat “Nih, kamu jangan merasa paling benar..!!” — Jawabnya Lho, ibadah shalat, ed ini benar, asli benar, namanya perkara yang benar ... ╰● Syubhat “Allah yang Maha tahu..!!” — Jawab Iya, Allah kasih tahu. Al-Haq itu pada shalat diantaranya. Shalat termasuk amal yang benar, itu dari Allah 'azza wa jalla .. kan begitu ya?! ╰• Syubhat “Tahu dari mana kamu?” — Jawabnya Kitab suci al-Quran!! Itu kalamullah al-Quran, ed. Pelajari!! Pelajari!! Rasul menerangkan dalam Sunnahnya, banyak buku² hadits. Kaji!! Pelajari!! Faham insyaAllah ya.. Baarakallahu fiikum. Na'am. Anehnya ketika sebagian pihak tadi itu merasa benar, hah ... Tidak merasa salah. Itu kalau mereka, ngotot. “Pokoknya begini..!!” Harusnya kita katakan ke mereka, ed “Jangan merasa paling benar pak!!” .. hah .. “al-Haq itu yang tahu hanya Allah 'azza wa jalla” ... emm iya apa iya..?? Jadi serba terbalik, kalau orang lain disuruh begini, dia sendiri? Luar biasa, tidak begitu.. Padahal dia tidak di atas kebenaran ... Kan begitu ya..?? hah ... Allahu yubarik fiik. Yuk sampaikan, “Iya, betul.” … “Nih, yang benar.” … “Nih, yang benar.” … “Ini, yang yang yang benar.” Syubhat “Tahu dari mana?” — Jawabnya Nih ayatnya, nih haditsnya. Pertanyaan Antum sebagai seorang Muslim, antum ini Muslim ya ikhwan, Muslim, agamanya Islam. Ada yang mengatakan “Kamu jangan merasa yang paling benar..!!” … “Hanya Allah yang tahu kebenaran!!”, gi mana ya ikhwan menjawabnya? Hah..? Jawab Ya, benar kok.. Ditakdirkan dakwahnya Islam itu yang benar. Saya Muslim, agama yang benar. Yang lainnya bathil. Syubhat “Tahu dari mana?” — Jawabnya Dari Allah 'azza wa jalla. Jawabannya begini { اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ … } “Sesungguhnya agama yang diridhai, yang dibenarkan di sisi Allah hanyalah Islam. …” [QS. Ali 'Imran 3 Ayat 19, ed] Pertanyaan Apakah orang Yahudi yang masih beriman kepada Nabi Musa dan orang Nashrani yang masih beriman dengan Nabi Isa pada zaman sekarang juga tergolong kafir? Jawabannya Iya. Harus beriman dengan nabi kita, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Itu kuncinya. Hadits yang saya bacakan tadi ya ikhwan, ketika shahabat umar memegang taurat, kata Rasul -ﷺ-, “… Sungguh Demi Allah kalau seandainya sekarang Nabi Musa -alaihissalam- masih hidup, lalu kamu ikut Nabi Musa meninggalkan aku” Kata Rasul -ﷺ-, “Kamu yang sesat.” Faham insyaAllah ya..? Ini dengan kesepakatan semua ulama. Baarakallahu fiikum. Dengarkan / Download Audio melalui Kajian ini disampaikan di Masjid Al-Mujahirin, Bekasi Barat pada hari Sabtu, 25 Al-Muharram 1437H ~ 07 November 2015M Sumber Arsip dari WA Forum Berbagi Faidah [FBF] Majmu'ah al Ukhuwah as Salafiyah Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari jawaban beliau -Ustadz Afifudin- yaitu hendaknya kita terus semangat menuntut ilmu, sebab kebenaran telah dijelaskan secara gamblang dalam Al-Quran dan Sunnah. Jika ada suatu perkara yang kita bingung terkait hukumnya, maka hal tersebut menunjukkan kebodohan kita. Maka bertanyalah kepada orang yang lebih 'alim. Bahayanya syubhat-syubhat yang dilontarkan oleh orang awam / hizbiyyin perihal agama. Kita harus membantah syubhat tersebut dengan hujjah ilmu yang shahih dari Quran dan Sunnah. Manfaat hadir dalam majelis ilmu adalah kita bisa langsung bertanya kepada pemateri, dari masyaikh atau asatidzah. Sumber gambar
“Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.” Mazmur 62 8 Manusia adalah makhluk sosial dan karena itu membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Mereka yang mempunyai keluarga dan yang masih aktif berkarya tentunya bisa mempunyai banyak kesempatan untuk menjumpai orang lain dan berkomunikasi muka dengan muka. Tetapi, banyak orang yang tidak mempunyai kesempatan yang serupa; mereka yang hidup jauh dari keluarga, mereka yang hidup sendirian, ataupun mereka yang terkucil dari masyarakat, sering merasakan sepinya hidup. Memang di zaman ini, orang dapat menggunakan berbagai teknologi untuk berhubungan dengan sesama atau untuk melihat kehidupan masyarakat di sekelilingnya. Jika pada abad yang silam kita hanya bisa menulis surat dan mengirim telegram untuk menghubungi teman atau kerabat di tempat yang jauh, dan bisa memakai koran, radio dan kemudian TV untuk mengetahui keadaan dunia, sekarang kita bisa dengan sangat mudah melakukan hal yang serupa melalui internet, handphone atau komputer, jika ada fasilitas untuk itu. Walaupun demikian, semua bentuk komunikasi dipengaruhi oleh iktikad dan sifat manusia yang melakukannya. Tidak dapat dipungkiri, dengan kemajuan teknologi kita sering merasakan hilangnya kehangatan, keakraban dan keramahan dalam hubungan antar manusia. Semakin jarangnya hubungan muka dengan muka, membuat berkurangnya hubungan dari hati ke hati; baik di rumah, di sekolah ataupun di kantor. Hubungan antara suami dan istri, orang tua dan anak, ataupun antar kolega seringkali hanya terjadi kalau terpaksa, atau jika ada keuntungan pribadi yang bisa diperoleh. Manusia menjadi makin individualis dan egois dalam hidup sehari-hari. Dalam hati, sebenarnya banyak orang yang menjerit minta tolong karena kesepian hidup mereka. Karena walaupun ada hingar-bingar disekitar mereka, tidak ada seorang pun yang bisa diajak untuk mendengarkan curahan hati. Hari demi hari mungkin harus dilewati seorang diri tanpa ada orang yang bisa mendengarkan keluh kesah mereka, apalagi untuk menolong. Karena itulah, banyak peristiwa dalam rumah tangga dan kehidupan seseorang kemudian berakhir dengan hal yang memalukan atau menyedihkan. Nasi mungkin sudah menjadi bubur. Bagi mereka yang percaya adanya Tuhan, barangkali ada harapan bahwa dalam kesepian dan kesulitan, Tuhan masih bisa menyelami perasaan mereka dan memberi pertolongan pada waktunya. Tetapi, Tuhan yang diharapkan seringkali terasa jauh dan tidak peka akan kesulitan hidup manusia. Memang, jika Allah hanya duduk di singgasanaNya dan menonton kehidupan manusia, siapakah yang bisa yakin bahwa Ia sepenuhnya mengerti penderitaan kita? Untunglah bahwa Allah pernah datang ke dunia sebagai manusia dan bahkan mengalami penderitaan yang luar biasa. Yesus yang akhirnya mati di kayu salib, tidak hanya menunjukkan kasih Allah; Ia juga memberi keyakinan kepada kita bahwa Ia dapat merasakan penderitaan dan kesepian kita. Pagi ini, jika kita merasakan adanya penderitaan dan kesepian dalam hidup, jika kita merasa tidak ada seorangpun yang mengerti dan bisa menolong kita, biarlah kita ingat bahwa Allah adalah tempat perlindungan kita. Melalui pengurbanan Yesus kita boleh menyebut Bapa kepada Allah. Dan sebagai Bapa yang baik, Ia tidak pernah meninggalkan anak-anakNya yang berada dalam kesulitan. Karena itu, kita boleh percaya bahwa Allah ikut bekerja dalam segala apa yang kita alami untuk memberi apa yang terbaik untuk kita. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8 28
hanya allah yang tahu perasaanku